Jatuh cinta berjuta rasanya. Di balik efek bahagia yang sanggup membuat seseorang senyum-senyum sendiri, perasaan cinta yang tumbuh ampuh mengurangi tekanan darah, depresi dan penyembuhan luka.
Perasaan cinta dalam sebuah hubungan membantu mengatasi stres. "Jadi jika kita memiliki seseorang yang bisa menjadi sandaran sekaligus memberi dukungan emosional, bermanfaat mencegah dampak stres,” kata Julianne Holt-Lunstad, dari Universitas Brigham Young, seperti dikutip Times of India.
Penelitian Holt-Lunstad menemukan bahwa orang yang menikah dan merasa bahagia memiliki tekanan darah lebih rendah daripada orang yang belum menikah. Tapi sayangnya orang yang menikah namun tak bahagia berisiko memiliki tekanan darah lebih tinggi.
Pasangan yang sedang dimabuk asmara, cenderung akan saling mendorong melakukan perawatan diri termasuk pencegahan penyakit dan melakukan gaya hidup sehat. "Hubungan romantis juga dapat memberikan makna rasa dan tujuan hidup yang dapat mendorong seseorang melakukan hal-hal positif," kata Holt-Lunstad.
Arthur Aron, psikolog sosial di Universitas Stony Brook di New York, melakukan penelitian untuk mendeteksi manfaat rasa cinta pada berbagai tahapan perjalanan romantis. Mulai yang baru menjalin hubungan kasih, yang sudah berada dalam hubungan jangka panjang, dan mereka yang baru patah hati.
Dalam studinya, Aron telah secara konsisten menemukan bahwa perasaan cinta memicu sistem dopamin otak. Dopamin adalah sebuah neurotransmitter yang kuat yang mempengaruhi kesenangan dan motivasi.
Menurut penelitian University of North Carolina di Chapel Hill, memeluk dan memegang tangan, juga terbukti meningkatkan pelepasan hormon oxytocin. Ini akan menurunkan kadar hormon stres dalam tubuh, mengurangi tekanan darah, meningkatkan mood dan meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit,
Lebih jauh, para peneliti di Carnegie Mellon University di Pittsburgh menemukan bahwa mereka yang cenderung mengalami emosi positif seperti bahagia, senang dan santai lebih tahan terhadap flu biasa daripada mereka yang merasa cemas, sering bermusuhan, atau depresi.
Sebuah pernikahan yang bahagia juga dapat mempercepat laju yang menyembuhkan luka, menurut sebuah studi tahun 2005 di Ohio State University. Ditemukan bahwa 30 menit sepasang suami istri itu melakukan diskusi positif bisa mempercepat kemampuan tubuh untuk pulih dari cedera setidaknya dalam waktu satu hari.
tetap follow kami 0n twitter @infobermanfaat
Perasaan cinta dalam sebuah hubungan membantu mengatasi stres. "Jadi jika kita memiliki seseorang yang bisa menjadi sandaran sekaligus memberi dukungan emosional, bermanfaat mencegah dampak stres,” kata Julianne Holt-Lunstad, dari Universitas Brigham Young, seperti dikutip Times of India.
Penelitian Holt-Lunstad menemukan bahwa orang yang menikah dan merasa bahagia memiliki tekanan darah lebih rendah daripada orang yang belum menikah. Tapi sayangnya orang yang menikah namun tak bahagia berisiko memiliki tekanan darah lebih tinggi.
Pasangan yang sedang dimabuk asmara, cenderung akan saling mendorong melakukan perawatan diri termasuk pencegahan penyakit dan melakukan gaya hidup sehat. "Hubungan romantis juga dapat memberikan makna rasa dan tujuan hidup yang dapat mendorong seseorang melakukan hal-hal positif," kata Holt-Lunstad.
Arthur Aron, psikolog sosial di Universitas Stony Brook di New York, melakukan penelitian untuk mendeteksi manfaat rasa cinta pada berbagai tahapan perjalanan romantis. Mulai yang baru menjalin hubungan kasih, yang sudah berada dalam hubungan jangka panjang, dan mereka yang baru patah hati.
Dalam studinya, Aron telah secara konsisten menemukan bahwa perasaan cinta memicu sistem dopamin otak. Dopamin adalah sebuah neurotransmitter yang kuat yang mempengaruhi kesenangan dan motivasi.
Menurut penelitian University of North Carolina di Chapel Hill, memeluk dan memegang tangan, juga terbukti meningkatkan pelepasan hormon oxytocin. Ini akan menurunkan kadar hormon stres dalam tubuh, mengurangi tekanan darah, meningkatkan mood dan meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit,
Lebih jauh, para peneliti di Carnegie Mellon University di Pittsburgh menemukan bahwa mereka yang cenderung mengalami emosi positif seperti bahagia, senang dan santai lebih tahan terhadap flu biasa daripada mereka yang merasa cemas, sering bermusuhan, atau depresi.
Sebuah pernikahan yang bahagia juga dapat mempercepat laju yang menyembuhkan luka, menurut sebuah studi tahun 2005 di Ohio State University. Ditemukan bahwa 30 menit sepasang suami istri itu melakukan diskusi positif bisa mempercepat kemampuan tubuh untuk pulih dari cedera setidaknya dalam waktu satu hari.
tetap follow kami 0n twitter @infobermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar